Kabupaten Kepulauan Talaud
Headlines News :
Home » , , , , , » Porodisa-Talaud, Suatu Rancangan Strategis bagi Kerajaan Sorga

Porodisa-Talaud, Suatu Rancangan Strategis bagi Kerajaan Sorga

Written By Unknown on Rabu, 06 Agustus 2014 | 15.28

Porodisa-Talaud, Suatu Rancangan Strategis bagi Kerajaan Sorga

Peringatan : Hanya bagi (calon) rajawali-rajawali Porodisa dan para prajurit Kristus Nusantara yang mau meresponi panggilan-Nya di akhir zaman ini!

Kabupaten Kepulauan Talaud sebentar lagi akan berumur duabelas tahun sejak mengalami pemekaran dari Kabupaten Sangihe Talaud pada 2 Juli 2002. Wilayah yang terletak di ujung utara Nusantara dan berbatasan langsung dengan negara kepulauan Philippina ini memiliki alam yang sangat indah sehingga orang-orang Portugis menamainya Porodisa(akar katanya sama dengan ‘Paradise’ = Firdaus), sebutan lain untuk Kepulauan Talaud. Ada berbagai logat di seluruh kepulauan, namun bahasa Taloda (panggilan khas orang Talaud untuk diri atau tanah air mereka sendiri) adalah satu bahasa dari suku khusus yang memang berbeda dengan suku Sangir (Sangihe) ini.

Dengan letaknya yang terpencil dan terisolasi oleh lautan yang jauh, Porodisa telah tertinggal selama bertahun-tahun dibandingkan saudaranya Kepulauan Sangihe, terlebih lagi dibandingkan dengan Minahasa-Manado. Saya ingat persis, ketika kami sekeluarga akhirnya datang berkunjung ke kampung halaman Papa ini dan tiba di Lobbo dengan perahu pada akhir tahun 1981, masih banyak sekali saudara-saudara kami yang belum pernah melihat mobil! Sebagai seorang anak yang lahir dan dibesarkan di daerah Mama saya, Minahasa, saya mengalami bagaimana orang-orang Sangihe (apalagi Talaud) dipandang enteng bahkan dihina karena keterbelakangan dan ‘kekurangan’ fisik mereka (orang Minahasa rata-rata lebih terang kulitnya dan rata-rata [relatif] lebih cantik/ ganteng). Namun saya juga melihat bahwa saudara-saudara saya dari kepulauan ini sebenarnya pintar-pintar dan lebih musikal, serta senang menari. Kenyataannya, budaya menari di rumah maupun di jalan-jalan masih senang dilakukan orang Talaud dalam merayakan sesuatu sampai saat ini, khususnya di sekitar Natal dan Tahun Baru. Banyak yang masih melakukannya sambil mabuk-mabukan, namun kita percaya dan berdoa bahwa Tuhan bisa memakai apapun dan siapapun untuk memutarbalikkan keadaan dan menjadikannya puji-pujian sejati bagi kemuliaan nama-Nya.

Bertahun-tahun tinggal dan melayani di Minahasa, Papa pernah menyatakan pikirannya bahwa anak-anaknya tidak akan tinggal di Talaud, -sebagaimana beliau sendiri. Kami juga sempat berpikir demikian. Namun rancangan Tuhan lain dengan rancangan manusia. Kakak saya terlebih dahulu datang melayani di Talaud diikuti adik laki-laki saya. Beberapa bulan setelah kakak saya meninggal karena penyakit kanker, Tuhan sendiri yang mencabut saya dari pelayanan sepenuh waktu di suatu gereja di Jakarta dan menaruh panggilan di hati saya untuk saudara-saudara di Talaud. Di tanah leluhur inilah saya kemudian benar-benar bebas dari roh kepahitan dan mengalami pemulihan batin, seiring ketaatan saya melayani Tuhan. Tuhan menaruh belas kasih di hati saya sehingga saya bahkan kemudian ingin menyebarkan semangat ‘Porodisaist’, yang mirip dengan Zionist: mengembalikan kecintaan dan kepedulian terhadap tanah leluhur bagi para perantau atau keturunan Taloda dimanapun mereka berada.

Tuhan telah memberi rhema yang sangat kuat mengenai kehidupan Yusuf kepada saya sebelum panggilan ke Talaud menjadi nyata bagi saya. Ternyata pulau terbesar di Talaud diberi nama ‘Karakelang’ juga bisa berarti budak! Mari kita berdoa bahwa orang-orang Talaud benar-benar bebas dari kepahitan perbudakan dan dengan penuh kerelaan menjadi hamba Tuhan, Hineni, dan menjadi berkat yang memberi makan bangsa-bangsa di bumi.

Dikutip Dari: Laskar Doa Nusantara 
Share this post :

Posting Komentar

 
Template Created by Creating Website Published by Evert Sandye Taasiringan
Proudly powered by Blogger